05 July 2012

Memilih kamera SLR

Jadi, setelah sekian lama tabunganmu akhirnya mencapai angka yang 'signifikan'? Atau mungkin ada durian runtuh menimpamu? Atau syahdan, namamu tercantum dalam warisan yang besar? Kemudian, atas alasan yang kamu punya, kamu ingin membeli kamera SLR pertamamu? Mari kita bahas beberapa hal yang patut dicermati sebelum membeli kamera (D)SLR pertamamu, dalam artikel ini.

**

1. Berapa banyak (dana) yang dipunya?

Benar sekali, meskipun uang tidak membeli segalanya, tetapi kalau uang tidak ada, tidak ada yang terbeli. Secara umum, pabrikan kamera (D)SLR membagi produk mereka dalam kelas-kelas, atau beberapa menyebutnya "kasta" yang akan diuraikan pada paragraf berikut.

Kelas flagship, atau kelas teratas, merupakan kamera yang dibuat dengan standar sangat tinggi. Fitur khas pada kamera jenis ini berkisar pada kecepatan pengambilan gambar (dinyatakan dalam satuan gambar per detik/frame per second/fps), kemampuan fokus otomatis (AF) luar biasa gegas, ketahanan terhadap lingkungan yang keras (debu, guyuran hujan, udara beku), serta ergonomi yang mantap, cenderung besar. Pengguna yang disasar kelas ini umumnya kalangan profesional - pekerja foto baik pewarta foto maupun para pencari nafkah dari fotografi. Dengan segala kelebihan yang dipunyai, harga yang ditetapkan dengan serta merta meroket. Sebagai contoh kamera (D)SLR 35mm kelas flagship antara lain (pada Juni 2012) adalah Canon EOS 1DX (keluaran 2012, kisaran harga USD 6799), Nikon D4 (2012, USD 6699).

Beranjak satu tangga ke bawah, kita temukan kelas "prosumer", gabungan kata-kata yang kamu tebak dengan benar: "profesional - konsumer". Kasta prosumer menjadi sebuah jembatan antara kamera kelas atas dan kelas konsumen. (D)SLR prosumer sendiri masih dapat dibagi menjadi prosumer 35mm dan prosumer APS-C, mengacu pada ukuran sensor yang digunakan. Mengingat produksi sensor seukuran luas bidang film 35mm lebih sulit, maka harga yang ditawarkan pun lebih tinggi dibandingkan sensor ukuran APS-C. Fitur ada pada kamera prosumer tidak selengkap kelas flagship; beberapa dilengkapi perlindungan dari lingkungan keras, dan secara umum memiliki ergonomi yang tak senyaman kamera pro/flagship. Kamera Canon EOS 5D Mark III (2012, USD 3499), Nikon D800/D800E (2012,  ~USD 3000) dapat dimasukkan dalam kelas prosumer 35mm. Sementara Canon EOS 7D (2009, USD 1699) dan Nikon D300s (2009, ~USD 1699) adalah prosumer APS-C (teratas).

"Setengah" tangga ke bawah, kita akan temukan kamera kelas amatir-mahir (advanced amateur). Kelas amatir-mahir sebetulnya dapat masuk ke dasar spektrum kamera prosumer, namun demi kemudahan, pada artikel ini kita bedakan klasifikasi kamera-kamera seperti Canon EOS 60D (2010, ~USD 999), atau Nikon D7000 (2010, ~USD 1199), atau lainnya pada golongan amatir-mahir. Kamera ini umumnya tidak dilengkapi dengan perlindungan debu dan tetesan air, sehingga pengguna harus lebih berhati-hati menggunakan kameranya bila berhadapan dengan cuaca buruk. Sensor yang dipergunakan pun seukuran APS-C. Ergonomi kamera kelas ini praktis serupa dengan kelas prosumer.

Beranjak ke tangga terbawah (dan lebih bawah lagi), adalah kelas dasar, atau entry-level, atau amatir. Fitur yang ada pada golongan kamera ini sangat mendasar, dengan keterbatasan pada kecepatan pengambilan gambar, AF yang tidak segegas kamera prosumer dan pro, serta ergonomi yang bisa jadi kurang nyaman. Meski demikian, kamera pada kelas ini termasuk sangat kecil untuk kamera dengan sensor besar (APS-C). Canon EOS 600D (2011, USD 799 dengan lensa) , EOS 1100D (2011, USD 549 + lensa), Nikon D3100 (2010, USD 649 + lensa), D5100 (2011, USD 849 + lensa) menghuni kasta ini, dan sangat memadai untuk pengguna yang baru pertama kali mengenal kamera (D)SLR.

Advis dari penulis?
  • Tentukan dana yang tersedia untuk membeli kamera dan lensa dan peranti penyimpanan (tas, desikan/gel silika, dsb)
  • Beli kamera yang terbaik yang bisa didapatkan dengan dana yang ada, karena kemampuan fotografi dapat berkembang pesat, tetapi fitur pada kamera tidak.
  • Beli kamera dengan garansi resmi, perawatan kamera tidak sulit namun perbaikan dapat jadi memakan biaya yang memberatkan. Garansi akan mengatasinya untukmu.
  • Jangan lakukan pembelian impulsif! Bacalah majalah, atau ulasan mengenai kamera yang pas di kantong yang kita incar. Tanyakan pada rekan-rekan, serta amati keseluruhan sistem kamera tersebut (harga, ulasan terkait lensa, lampu kilat, dsb). Keseluruhan sistem ini penting karena pemilihan merk cenderung "mengikat" pada peranti pendukung yang akan diperoleh selanjutnya
Tips tersebut lebih untuk pembelian kamera baru, tentu saja. Untuk pembelian kamera bekas, ada pertimbangan lain yang tidak akan dibahas pada tulisan ini.

2. Apa yang ingin dipotret?

Memotret pertandingan olahraga, burung dan satwa liar, foto potret (model), dan sebagainya tidak bisa dipenuhi oleh satu kamera saja. Memotret olahraga yang bergerak cepat seperti sepak bola, bola basket, badminton, tinju, atletik akan berbeda dengan memotret model yang bisa diatur posenya. Tentu saja kamera pada kelas yang lebih atas memiliki kelebihan yang bisa berguna pada penggunaan dokumentasi sehari-hari, tetapi tidak perlu juga memburu nyamuk dengan senapan, bukan? Oleh karena itu, sesuaikan kamera dan lensa yang akan dibeli dengan apa yang ingin dipotret.

3. Perhatikan sekitar!

Mungkin terdengar lucu, tetapi percaya tidak percaya ini ada benarnya! Lensa untuk kamera SLR memiliki variasi yang sangat banyak. Lensa EF dari Canon misalnya, memiliki lebih dari 60 lensa yang beredar di pasaran. Kamera keluaran Nikon, di lain pihak, dapat menerima semua lensa Nikon dari zaman setelah Perang Dunia II hingga kini. Belum lagi lensa dan kamera keluaran pabrikan lain. Bila kita ingin memiliki semua lensa tersebut, bisa jadi kita perlu melego seluruh harta benda yang kita punya hanya untuk kumpulan gelas pembentuk gambar tersebut.

Teman, tetangga, guru, mentor, kekasih, saudara yang memiliki kamera SLR dapat meringankan sakit kepala kita. Mungkin pula mereka memiliki koleksi lensa yang cukup banyak. Berhubung kamera SLR, sesuai namanya, hanya bisa mempergunakan satu lensa, maka lensa yang tidak mereka pakai mudah-mudahan bisa kita pinjam. Selain itu, pengetahuan mereka tentang kamera dan fotografi bisa juga menolong kita yang sedang belajar. Jadi, sambil menyelam minum air; sekali kayuh dua-tiga pulau terlampaui.

4. Lihat, pegang, rasakan

Selain melihat keseluruhan sistem, ada faktor lain yang kadang terlupa saat akan memilih kamera pertama kita. Kamera tipe A, di tangan X yang berpostur mungil bisa jadi terlampau besar dan berat. Sementara kamera yang sama di tangan Y si raksasa bisa jadi terlalu kecil. Bobot yang terlalu berat mengganggu kenyamanan mempergunakan kamera. Sementara ukuran yang kecil membuat beberapa tombol dapat tersentuh bersamaan, atau membuat jari "tergantung" yang melelahkan.

Dengan demikian, cobalah kamera yang akan kita beli. Bila tidak dimungkinkan (misal: tidak ada unit peraga di toko), 'manfaatkanlah' kenalan kita yang memiliki kamera yang serupa yang akan kita beli. Dengan demikian, kita bisa merasakan dengan lebih dekat kamera yang akan kita tebus dan akan kita pergunakan untuk jangka waktu yang, semoga, panjang.

**

Demikian beberapa kiat-kiat pilihan penulis untuk kamu yang berminat membeli kamera SLR pertamanya. Semoga pilihanmu tepat, dan, selamat memotret!

HABIS
(AR)


SANGGAHAN KLAIM/DISCLAIMER:
Semua merk dagang dan tipe di atas adalah milik pemegang merk yang sah masing-masing, dan hanya digunakan untuk keperluan pembelajaran pada situs ini. Penulis tidak berafiliasi kepada pemegang merk tersebut.
All trade marks and types on the article above is the rightful property of their respective owner, and only used for educational purpose of this site. Author is not affiliated to any of the trade mark owner.

09 June 2012

Mengenal Lensa Kamera SLR

Sebagai topik pekan ini, sejenak kita tinggalkan dulu bodi kamera SLR untuk membahas tentang 'mata' dari setiap kamera: Lensa.

Pekan lalu kita mengenal pembagian lensa berdasarkan sudut pandangnya (wide, normal, tele). Untuk kamera format 135/35mm, kita telah sepakati bahwa lensa dengan panjang fokus pada rentang 40mm - 50mm kita tetapkan sebagai lensa normal. Lensa-lensa dengan panjang fokus kurang dari itu (misal 14mm, 28mm, 35mm) kita golongkan sebagai lensa wide, karena sudut pandang lensa yang lebar. Lensa-lensa dengan fokus panjang (misal 85mm, 200mm, 1200mm), dengan demikian, kita masukkan ke kotak lensa tele.

Lensa dengan satu panjang fokus (200mm. tele), prime

Pada awalnya, sehubungan dengan kesulitan perancangan, lensa memang dibuat dalam satu saja panjang fokus lensa. Gambar di atas adalah sebuah lensa yang dibuat dalam satu panjang lensa, dengan demikian, hanya memiliki satu sudut pandang. Setiap lensa yang dibuat pabrikan selalu memiliki identifikasi yang jelas. Pada gambar, angka 200mm di bagian bawah, dekat dudukan lensa menunjukkan panjang fokus lensa. Identifikasi terkait beragam fitur yang ditawarkan lensa tersebut dapat ditempatkan di tempat lain, pada contoh ini di dekat 'moncong' lensa. Terlihat juga di sisi kiri angka 200mm ada sebuah titik merah (index), yang akan bermanfaat untuk menempatkan lensa pada tempatnya.

Sedikit ke atas, kita temukan angka (yang terlihat) 5, 10, dan ∞ (tak hingga/infinity) di balik sebuah 'jendela'. Angka-angka ini menunjukkan di jarak berapa (meter) lensa kamera difokuskan. Dengan kata lain, bagian yang terlihat paling tajam dan jelas di gambar kita nanti. Pengaturan jarak fokus pada lensa umumnya mempergunakan mekanisme putar, dengan bagian berlapis cincin karet di kira-kira pertengahan lensa pada gambar di atas sebagai ring fokus. Bila kita memutar ring fokus ini, obyek akan beralih dari tidak fokus, menjadi fokus, lalu kembali tidak fokus -- seperti efek yang kadang kita temukan saat menonton film bioskop.

TIP: untuk simulasi efek fokus secara langsung, letakkan satu jari sekitar 25 cm dari depan mata. Pandangi jari tersebut, tetapi lihat juga pemandangan di sekeliling jari. Biarkan jari tersebut di depan mata. Pandangi pemandangan yang jauh. Perhatikan! Bagaimana sekarang jari itu terlihat?

Bergeser ke kiri dari jendela penanda jarak, ada switch (bergaris putih) di sisi kiri tulisan AF (atas) dan MF (bawah).AF dan MF sendiri adalah kependekan Auto Focus dan Manual Focus. Fungsi otomatisasi fokus tentu berguna maksimal bila dipergunakan pada tempatnya. Misalnya, tentu lebih sulit memaksimalkan fokus manual, yang lebih presisi, pada saat mengambil gambar olahraga futsal yang bergerak cepat.

Terakhir, di sisi kiri lensa (tidak terlihat) ada switch lain untuk membatasi jarak fokus yang diinginkan. Switch kedua ini tidak selalu ada di setiap lensa (bandingkan dengan gambar lensa setelah ini), namun, umumnya ada di lensa-lensa panjang atau lensa makro & potret yang rentang jarak fokusnya lebar.

Seiring berkembangnya pengalaman perancang lensa, kini kita dapat menemukan lensa-lensa dengan panjang fokus yang lebih dari satu. Contoh paling mudah, paling umum, akan kita dapati pada lensa yang dijual 'sepaket' bersama dengan bodi kamera: 18 - 55mm (kira-kira ekuivalen dengan 28 - 90mm, terkait dengan lebih kecilnya sensor sebagian besar kamera DSLR). Dengan lensa ini, kita bisa melihat sebuah pemandangan yang luas dengan posisi wide (sekitar 18mm), untuk kemudian memusatkan perhatian pada satu bagian dengan memindahkan panjang fokus ke yang lebih tele (sekitar 55mm). Secara umum, lensa dengan satu panjang fokus dikenal sebagai lensa prime/fixed, dan lensa yang bisa diubah panjang fokus atau sudut pandangnya disebut lensa zoom/vario

Gambar yang ada di bawah ini adalah salah satu contoh lensa zoom, dengan posisi terlebarnya 28mm (kategori wide), dan posisi terpanjangnya 200mm (tele). Kita bisa 'memilih' panjang fokus mana saja yang akan kita gunakan di antara kedua ekstrem lensa. Pada lensa zoom kita mengenal 'faktor pengali'/rasio zoom yang merupakan pembagian panjang fokus maksimal dan minimal lensa tersebut. Lensa contoh kita memiliki rasio zoom sangat besar mencapai 7x. Lensa seperti ini atau lensa lain dengan rasio zoom yang lebih dari 3x kita bisa sebut sebagai lensa superzoom.

Berbeda dengan lensa lensa prime 200mm pada gambar sebelum ini, warna barel (selongsong untuk menempatkan elemen lensa) berwarna keperakan. Pada umumnya barel lensa diberi warna hitam, meskipun tidak menutup kemungkinan diberi warna lain semisal putih, atau bahkan warna kamuflase.

Seperti pada lensa prime, jarak fokus lensa juga dapat diatur dengan ring fokus. Pada lensa 28 - 200mm ini, pengaturan dilakukan dengan memutar ring hitam yang terlihat di bagian atas pada gambar. Ring hitam yang satu lagi berfungsi untuk mengatur panjang fokus, atau 'mengatur zoom'. Bandingkan sisi atas dan bawah gambar berikut. Lensa zoom umumnya memiliki panjang minimal di posisi wide, dan mengalami penambahan panjangan maksimal di posisi tele. Rancangan lain pun ada seperti zoom terbalik (terpanjang di wide), ataupun lensa yang tidak mengalami pertambahan panjang sama sekali karena mekanisme zoom terjadi secara internal (di dalam selongsong), walaupun lensa tersebut biasanya dihargai tinggi.


Lensa dengan panjang fokus (sudut pandang) yang bisa diubah, lensa zoom


Kepraktisan mengubah sudut pandang menjadi satu keunggulan lensa zoom, namun rancangannya yang rumit -- memerlukan lebih banyak elemen lensa -- membuatnya lebih berat dan kurang kompak daripada lensa prime. Selain itu, beberapa lensa khusus (super-tele, lensa tilt-shift) sejauh ini belum dimungkinkan untuk dibuat dalam format zoom.

TIP: istilah fixed juga kita temui terkait diafragma pada lensa zoom. Diafragma fixed bukan berarti tetap tidak berubah seperti macet. Diafragma tetap dapat diatur melebar atau menyempit, tetapi bukaan terbesar lensa yang tetap, tidak berubah meskipun panjang fokus diubah. Hal ini penting untuk menjaga kecepatan rana tetap.

Keterbatasan lain lensa zoom juga terkait dengan besar diafragma. Lensa-lensa prime dapat dibuat dengan diafragma yang besar (lihat daftar istilah). Beberapa lensa bahkan dapat mencapai f-no. 1, artinya besar diafragma sama dengan panjang fokus. Pada lensa zoom, bila diinginkan bukaan diafragma yang besar, harus dilakukan penyesuaian dengan ujung tele lensa tersebut. Selain itu elemen lensa yang dibutuhkan bisa jadi sangat besar. Oleh karena itu, sejauh ini lensa zoom untuk SLR dengan bukaan terbesar yang masih terjangkau hanya sampai f-no 2.8 (dibaca dua koma delapan).


Perbandingan lensa zoom dan prime (atas) pada panjang fokus yang sama-sama
200mm, dan (bawah) pada zoom terpendek

Secara fisik, lensa 200mm prime dan zoom pada contoh ini memiliki ukuran yang serupa. Tentu lensa prime tidak dapat memendek seperti lensa zoom, tetapi pada panjang fokus yang sama-sama 200mm, dapat dilihat bahwa panjang kedua lensa hanya terpaut sedikit. Selain itu, yang tidak terlihat pada gambar, adalah diameter lensa yang juga hampir serupa. Hal ini karena lensa zoom pada posisi 200mm memiliki f-no 5.6, atau dua kali lebih sempit dibandingkan lensa prime yang memiliki f-no 2.8.



BERSAMBUNG

02 June 2012

Mengenal fisik kamera (D)SLR [bagian II]

Di bagian pertama seri tulisan ini, kita telah diperkenalkan pada bagian-bagian terluar kamera (D)SLR. Bagian kedua ini kita akan membahas sedikit lebih dalam tentang 'mata' kamera kesayangan kita: Lensa kamera. Mari kita mulai.

Lensa Kamera

Salah satu format medium perekam paling umum, yang kita kenal sebagai rol film, adalah format 135, atau 35mm. Pembahasan mengenai format-format pada fotografi akan penulis berikan dalam kesempatan terpisah. Format 35mm menjadi sebuah standar de facto format fotografi. Ukuran kekuatan/panjang fokus (focal length) sebuah lensa diukur merujuk pada format tersebut. Istilah "equivalent" yang kita temui pada, misalnya, "24mm equivalent" artinya lensa kamera tersebut (dengan format selain 35mm) setara lensa 24mm pada kamera 35mm.

"Lalu, apa yang setara?"

Kesetaraan yang kita bahas di sini adalah kesetaraan besar sudut pandang. Perhatikan Ilustrasi A di bawah ini.
Ilustrasi A: Sudut pandang
'Lensa' merah (ukuran lebih panjang) memiliki sudut pandang yang lebih sempit dan lebih kecil dibandingkan 'lensa' hijau (lebih pendek). Sudut pandang ini bisa dibayangkan sebagai berikut:
Suatu ketika, kita memandang alam pegunungan yang lestari. Suatu ketika, dengan mata telanjang kita melihat ada gerakan di antara pepohonan. Untuk memastikan apakah yang bergerak tersebut, kita mengambil teleskop. Dengan begitu, kini kita bisa melihat apa yang bergerak di sana, meskipun sekelilingnya tidak bisa terlihat lagi tanpa kita menggeser pandangan kita.

"Jadi, apa yang dimaksud dengan Xmm pada suatu lensa kamera?"

Pada Ilustrasi B di bawah ini, kita sederhanakan lensa kamera yang kompleks sebagai sepotong lensa cembung. Lensa tersebut mengumpulkan cahaya yang datang ke satu titik pada bidang fokus, pada jarak tertentu. Jarak tersebut kita ambil sebagai acuan panjang fokus. Kenyataannya tentu tidak sesederhana itu, namun penulis anggap asumsi ini cukup sebagai awalan untuk membayangkan jarak fokus suatu lensa.
Ilustrasi B: penyederhanaan lensa kamera dan sensor/medium perekam
Panjang fokus sering dijadikan acuan pembagian lensa. Pembagian yang kita temui adalah lensa sudut lebar (wide-angle), normal, dan tele(photo) / long focus. Garis awal kategorisasi lensa, sebagai sebuah standar/normal, adalah diagonal format yang digunakan. Pada format 135/35mm yang berukuran 24 mm x 36 mm, lensa 'normal' yang sesuai diagonalnya adalah 43.3 mm (ingat hukum Phytagoras).

Walaupun begitu, jarang (hampir tidak ada) lensa dirancang tepat memiliki panjang fokus sebesar itu. Umumnya yang dianggap lensa normal adalah lensa dengan panjang fokus antara 40mm - 50mm. Cobalah memandang sebuah pemandangan tanpa lensa, lalu pandang ke tempat sama melalui lensa 50mm yang terpasang di kameramu. Perbedaannya tidak begitu banyak, malah bisa dianggap sama saja.

TIP: bukalah kedua mata saat mempergunakan lensa normal. Selain apa-apa yang akan ada di gambar akhir (diintip melalui jendela bidik), perhatikan juga apa yang terjadi di luar bidang gambar, dan antisipasi yang mungkin terjadi. Hal tersebut akan mencegah kehilangan momen

Dudukan lensa / lens mount

Lensa kamera, dengan segala kerumitannya, harus bekerja bersama bodi kamera. Untuk itu diperlukan dudukan lensa, tempat menempel lensa pada bodi kamera. Secara kasar, dudukan ini dapat dibagi dua macam: ulir dan bayonet. Dudukan ulir -- bekerja serupa ulir bola lampu -- merupakan jenis yang terdahulu hadir dan digunakan meluas. Satu format yang sangat terkenal adalah dudukan M42 (artikel wikipedia di sini).

Dudukan ulir, sebagaimana kita ketahui, rawan meleset posisinya terhadap bidang fokus serta mengalami kerusakan ulir. Hal ini tidak diinginkan untuk SLR modern, sebab pada SLR modern dudukan lensa bukan sekadar tempat nangkring-nya lensa, melainkan sebagai 'jembatan' komunikasi antara lensa dan bodi kamera secara elektronik.

Atas dasar ini, dipergunakan dudukan bayonet. Bayonet, bagi yang belum paham, adalah senjata laksana pisau di bagian depan senapan yang dapat dilepas atau dipasang sesuai keperluan. Proses ini harus cepat dilakukan (bayangkan kondisi peperangan besar? Nah!)

Cara pemasangan bayonet dengan kata-kata diringkas mengikuti tiga kata ini: cocokkan, tekan, putar. Pemasangan yang cepat (dan tepat) ini dipergunakan pada kamera SLR untuk mendudukkan lensa pada tempat yang seharusnya.

Setiap pembuat kamera mempunyai dudukan bayonet yang berbeda-beda, selain (diduga) untuk mencegah lensa dari pabrikan lain digunakan, juga dikarenakan jarak dari dudukan ke bidang fokus (flange to back distance) yang berbeda untuk tiap pabrikan.

Perhatikan kembali gambar lensa cembung sederhana di atas. Jarak x diukur untuk cahaya datang dari sumber sangat jauh (infinity). Posisi x akan berubah untuk mendapatkan fokus pada jarak selain infinity. Hal ini akan terganggu bila kita mempergunakan lensa yang tidak diperuntukkan bagi merk kamera tersebut. (Selengkapnya pada artikel terpisah tentang adapter).

Posisi dudukan lensa pada kamera (SLR), tentu saja, berada di depan bidang fokus. Gambar A berikut ini menampilkan dudukan lensa pada kamera SLR "modern", meskipun masih merupakan bodi film (Canon EOS 500N).
Gambar A: (atas) bagian depan bodi kamera (bawah) rincian dudukan lensa dan ekor lensa
Dari sebelah kanan gambar atas, ada tombol pelepas lensa. Penggunaan dudukan bayonet memerlukan pegas untuk mengunci lensa kamera pada posisinya. Hal ini krusial untuk pelepasan lensa yang cepat; hanya perlu menahan tombol tersebut (menekan pegas), lalu melakukan prosedur kebalikan dari pemasangan lensa (putar berlawanan arah pemasangan dan lepaskan lensa)

Yang perlu diperhatikan pada dudukan lensa adalah tanda (index) yang berbeda-beda untuk tiap jenis dudukan. Pada gambar atas adalah dudukan lensa EF untuk kamera Canon EOS yang berupa lingkaran berwarna merah. Pabrikan lain memiliki konvensi yang lain pula.

Pada setiap lensa EOS kamu pasti menemukan juga lingkaran merah (gambar bawah) yang harus diletakkan tepat pada tanda lingkaran merah di bodi kamera.Mengapa demikian? Perhatikan bagian bawah gambar pertama. Ada sederet warna keemasan di situ. Deretan tersebut adalah kontak untuk komunikasi lensa dan bodi kamera secara elektronik. Bila kamu perhatikan Gambar A bawah, ada tiga tab yang memungkinkan tiga posisi lensa. Namun, adanya kontak di bagian bawah bodi kamera mengisyaratkan perlunya sambungan serupa di lensa. Berikut Gambar B, yaitu bagian 'ekor' lensa EF.
Kontak pada lensa inilah yang akan berkomunikasi dengan bodi kamera. Informasi yang dikomunikasikan berbeda-beda, tetapi sekurang-kurangnya panjang lensa (Xmm) dan bukaan diafragma/aperture (f/X).

TIP: Sayangi kamera dan lensamu (secukupnya). Sensor digital, lain dengan media seluloid, sangat rentan terhadap debu. Lakukan penggantian lensa kamera di tempat yang tak banyak berangin dan berdebu untuk mencegah masuknya debu ke sensor yang akan berdampak pada bodi dan lensa kamera.

~~~

[Bersambung ke bagian III]
AR

*** DAFTAR ISTILAH ***

27 May 2012

Mengenal fisik kamera (D)SLR [bagian I]

*** Daftar istilah ***

"Tak kenal maka tak sayang (, tak sayang maka tak cinta)". Atas dasar ungkapan inilah, penulis memutuskan memperkenalkan sedikit tentang kamera (D)SLR sebagai permulaan seri belajar kamera SLR. Sebagai awalan, mari kita mulai dari membedah kata SLR itu sendiri.

SLR adalah kependekan dari Single Lens Reflex (refleks lensa tunggal); tambahan awalan "D adalah untuk digital.

Apa maksud refleks? Apa maksud lensa tunggal? Semua akan lebih jelas dengan melihat diagram berikut ini.
Lensa yang dimaksud ada di sisi kiri gambar, tempat berkas cahaya mulai memasuki kamera. Pada gambar dibuat berwarna kuning dan biru (atau atas dan bawah). Lensa pada kamera SLR hanya satu/tunggal, sehingga diperlukan bantuan cermin refleks (warna merah, diagonal) dan prisma segilima (pentaprism, bagian atas) agar pengguna dapat melihat gambar yang dihasilkan melalui lensa yang kegunaan utamanya membuat proyeksi (gambar) dari apa yang ada di depannya. Cermin refleks tidak sepenuhnya memantulkan cahaya; ada bagian yang meneruskan cahaya untuk keperluan (auto) fokus dan pengukuran cahaya. Namun dua hal ini tidak akan kita bahas di artikel ini.

Berikutnya di bagian kanan diagram ada FP, singkat dari focal plane atau bidang fokus. Di sini gambar dibentuk, dan di sini film pada kamera SLR analog atau sensor pada kamera SLR digital ditempatkan. Di depan FP (tidak digambarkan) ada semacam 'tirai jendela' yang disebut rana/shutter. Tirai ini mencegah gambar terbentuk sebelum waktunya, dan mencegah cahaya berlebihan menyinari media perekam.

Secara umum, kamera SLR dapat kita kenali dengan mudah karena ukurannya yang signifikan, dan bentuknya yang khas. Kamera SLR yang penulis gunakan sehari-hari ada pada gambar di bawah ini. Perhatikan tonjolan di bagian tengah atas yang disebabkan adanya prisma. Dapat terlihat juga pegangan yang nyata di sisi kiri gambar, tempat tangan kanan menggenggam kamera.
Pada gambar tersebut, dua hal penting perlu dikenali: Lensa (panah kanan, pendek, kuning) dan tombol rana/shutter button (panah kiri, panjang, merah). Sedikit ke atas atas dari panah pendek kanan (kuning) juga ada tombol kecil untuk mengatur pelepasan lensa dari kamera. Telah disebutkan bahwa lensa akan membentuk gambar pada kamera. Sementara rana berfungsi mengatur lamanya cahaya menyinari bidang fokus. Rana sendiri dikendalikan buka/tutupnya oleh tombol rana.

Beranjak ke sisi belakang kamera SLR, bagian ini pada kamera SLR modern dijejali berbagai fungsi. Kebanyakan SLR film dahulu berfungsi sebagai penutup kotak film. Kehadiran era digital telah menjadikan bagian belakang kamera D-SLR sebagai panel kontro. Di sana tempat tinggal layar monitor (LCD), dan tombol-tombol pengaturan fungsi kamera. Pada gambar di bawah ini adalah foto sisi belakang salah satu kamera D-SLR keluaran 2004 yang masih relatif sederhana.
Untuk perkenalan pertama, tiga hal utama perlu kita kenali. Bagian kiri atas gambar (panah diagonal merah) adalah pemilih moda. Dari sini pengguna kamera dapat memilih modus eksposur (artikel terpisah). Berikutnya, yang ditunjuk panah mendatar merah, adalah viewfinder (jendela bidik). Melalui jendela bidik pengguna melihat apa yang dilihat oleh kamera, dan mengatur komposisi foto yang akan dibuat. Berikutnya, sebagai satu keunggulan kunci kamera digital, adalah monitor LCD (panah biru tua bergaris putus). Melalui layar LCD pengguna melihat foto yang sudah diambil, tanpa perlu menunggu film kembali dari lab untuk diproses. Melalui layar yang sama pula pengguna melakukan pengaturan pada kamera.

Tombol-tombol lain yang bertebaran di sisi belakang kamera tidak akan penulis bahas secara terperinci mengingat beragamnya fungsi tombol-tombol tersebut, dan bervariasinya jenis tombol pada setiap kamera. Meski demikian, beberapa yang telah cukup jelas antara lain: Menu (pengaturan dan pilihan kamera), ON - OFF (kenop daya / power), serta tombol dengan label mencurigakan berbentuk tong sampah (menghapus gambar). Posisi tombol ini berbeda-beda bergantung merk dan tipe kamera yang digunakan.

~~~

[Bersambung ke bagian II]

AR

Translate