05 July 2012

Memilih kamera SLR

Jadi, setelah sekian lama tabunganmu akhirnya mencapai angka yang 'signifikan'? Atau mungkin ada durian runtuh menimpamu? Atau syahdan, namamu tercantum dalam warisan yang besar? Kemudian, atas alasan yang kamu punya, kamu ingin membeli kamera SLR pertamamu? Mari kita bahas beberapa hal yang patut dicermati sebelum membeli kamera (D)SLR pertamamu, dalam artikel ini.

**

1. Berapa banyak (dana) yang dipunya?

Benar sekali, meskipun uang tidak membeli segalanya, tetapi kalau uang tidak ada, tidak ada yang terbeli. Secara umum, pabrikan kamera (D)SLR membagi produk mereka dalam kelas-kelas, atau beberapa menyebutnya "kasta" yang akan diuraikan pada paragraf berikut.

Kelas flagship, atau kelas teratas, merupakan kamera yang dibuat dengan standar sangat tinggi. Fitur khas pada kamera jenis ini berkisar pada kecepatan pengambilan gambar (dinyatakan dalam satuan gambar per detik/frame per second/fps), kemampuan fokus otomatis (AF) luar biasa gegas, ketahanan terhadap lingkungan yang keras (debu, guyuran hujan, udara beku), serta ergonomi yang mantap, cenderung besar. Pengguna yang disasar kelas ini umumnya kalangan profesional - pekerja foto baik pewarta foto maupun para pencari nafkah dari fotografi. Dengan segala kelebihan yang dipunyai, harga yang ditetapkan dengan serta merta meroket. Sebagai contoh kamera (D)SLR 35mm kelas flagship antara lain (pada Juni 2012) adalah Canon EOS 1DX (keluaran 2012, kisaran harga USD 6799), Nikon D4 (2012, USD 6699).

Beranjak satu tangga ke bawah, kita temukan kelas "prosumer", gabungan kata-kata yang kamu tebak dengan benar: "profesional - konsumer". Kasta prosumer menjadi sebuah jembatan antara kamera kelas atas dan kelas konsumen. (D)SLR prosumer sendiri masih dapat dibagi menjadi prosumer 35mm dan prosumer APS-C, mengacu pada ukuran sensor yang digunakan. Mengingat produksi sensor seukuran luas bidang film 35mm lebih sulit, maka harga yang ditawarkan pun lebih tinggi dibandingkan sensor ukuran APS-C. Fitur ada pada kamera prosumer tidak selengkap kelas flagship; beberapa dilengkapi perlindungan dari lingkungan keras, dan secara umum memiliki ergonomi yang tak senyaman kamera pro/flagship. Kamera Canon EOS 5D Mark III (2012, USD 3499), Nikon D800/D800E (2012,  ~USD 3000) dapat dimasukkan dalam kelas prosumer 35mm. Sementara Canon EOS 7D (2009, USD 1699) dan Nikon D300s (2009, ~USD 1699) adalah prosumer APS-C (teratas).

"Setengah" tangga ke bawah, kita akan temukan kamera kelas amatir-mahir (advanced amateur). Kelas amatir-mahir sebetulnya dapat masuk ke dasar spektrum kamera prosumer, namun demi kemudahan, pada artikel ini kita bedakan klasifikasi kamera-kamera seperti Canon EOS 60D (2010, ~USD 999), atau Nikon D7000 (2010, ~USD 1199), atau lainnya pada golongan amatir-mahir. Kamera ini umumnya tidak dilengkapi dengan perlindungan debu dan tetesan air, sehingga pengguna harus lebih berhati-hati menggunakan kameranya bila berhadapan dengan cuaca buruk. Sensor yang dipergunakan pun seukuran APS-C. Ergonomi kamera kelas ini praktis serupa dengan kelas prosumer.

Beranjak ke tangga terbawah (dan lebih bawah lagi), adalah kelas dasar, atau entry-level, atau amatir. Fitur yang ada pada golongan kamera ini sangat mendasar, dengan keterbatasan pada kecepatan pengambilan gambar, AF yang tidak segegas kamera prosumer dan pro, serta ergonomi yang bisa jadi kurang nyaman. Meski demikian, kamera pada kelas ini termasuk sangat kecil untuk kamera dengan sensor besar (APS-C). Canon EOS 600D (2011, USD 799 dengan lensa) , EOS 1100D (2011, USD 549 + lensa), Nikon D3100 (2010, USD 649 + lensa), D5100 (2011, USD 849 + lensa) menghuni kasta ini, dan sangat memadai untuk pengguna yang baru pertama kali mengenal kamera (D)SLR.

Advis dari penulis?
  • Tentukan dana yang tersedia untuk membeli kamera dan lensa dan peranti penyimpanan (tas, desikan/gel silika, dsb)
  • Beli kamera yang terbaik yang bisa didapatkan dengan dana yang ada, karena kemampuan fotografi dapat berkembang pesat, tetapi fitur pada kamera tidak.
  • Beli kamera dengan garansi resmi, perawatan kamera tidak sulit namun perbaikan dapat jadi memakan biaya yang memberatkan. Garansi akan mengatasinya untukmu.
  • Jangan lakukan pembelian impulsif! Bacalah majalah, atau ulasan mengenai kamera yang pas di kantong yang kita incar. Tanyakan pada rekan-rekan, serta amati keseluruhan sistem kamera tersebut (harga, ulasan terkait lensa, lampu kilat, dsb). Keseluruhan sistem ini penting karena pemilihan merk cenderung "mengikat" pada peranti pendukung yang akan diperoleh selanjutnya
Tips tersebut lebih untuk pembelian kamera baru, tentu saja. Untuk pembelian kamera bekas, ada pertimbangan lain yang tidak akan dibahas pada tulisan ini.

2. Apa yang ingin dipotret?

Memotret pertandingan olahraga, burung dan satwa liar, foto potret (model), dan sebagainya tidak bisa dipenuhi oleh satu kamera saja. Memotret olahraga yang bergerak cepat seperti sepak bola, bola basket, badminton, tinju, atletik akan berbeda dengan memotret model yang bisa diatur posenya. Tentu saja kamera pada kelas yang lebih atas memiliki kelebihan yang bisa berguna pada penggunaan dokumentasi sehari-hari, tetapi tidak perlu juga memburu nyamuk dengan senapan, bukan? Oleh karena itu, sesuaikan kamera dan lensa yang akan dibeli dengan apa yang ingin dipotret.

3. Perhatikan sekitar!

Mungkin terdengar lucu, tetapi percaya tidak percaya ini ada benarnya! Lensa untuk kamera SLR memiliki variasi yang sangat banyak. Lensa EF dari Canon misalnya, memiliki lebih dari 60 lensa yang beredar di pasaran. Kamera keluaran Nikon, di lain pihak, dapat menerima semua lensa Nikon dari zaman setelah Perang Dunia II hingga kini. Belum lagi lensa dan kamera keluaran pabrikan lain. Bila kita ingin memiliki semua lensa tersebut, bisa jadi kita perlu melego seluruh harta benda yang kita punya hanya untuk kumpulan gelas pembentuk gambar tersebut.

Teman, tetangga, guru, mentor, kekasih, saudara yang memiliki kamera SLR dapat meringankan sakit kepala kita. Mungkin pula mereka memiliki koleksi lensa yang cukup banyak. Berhubung kamera SLR, sesuai namanya, hanya bisa mempergunakan satu lensa, maka lensa yang tidak mereka pakai mudah-mudahan bisa kita pinjam. Selain itu, pengetahuan mereka tentang kamera dan fotografi bisa juga menolong kita yang sedang belajar. Jadi, sambil menyelam minum air; sekali kayuh dua-tiga pulau terlampaui.

4. Lihat, pegang, rasakan

Selain melihat keseluruhan sistem, ada faktor lain yang kadang terlupa saat akan memilih kamera pertama kita. Kamera tipe A, di tangan X yang berpostur mungil bisa jadi terlampau besar dan berat. Sementara kamera yang sama di tangan Y si raksasa bisa jadi terlalu kecil. Bobot yang terlalu berat mengganggu kenyamanan mempergunakan kamera. Sementara ukuran yang kecil membuat beberapa tombol dapat tersentuh bersamaan, atau membuat jari "tergantung" yang melelahkan.

Dengan demikian, cobalah kamera yang akan kita beli. Bila tidak dimungkinkan (misal: tidak ada unit peraga di toko), 'manfaatkanlah' kenalan kita yang memiliki kamera yang serupa yang akan kita beli. Dengan demikian, kita bisa merasakan dengan lebih dekat kamera yang akan kita tebus dan akan kita pergunakan untuk jangka waktu yang, semoga, panjang.

**

Demikian beberapa kiat-kiat pilihan penulis untuk kamu yang berminat membeli kamera SLR pertamanya. Semoga pilihanmu tepat, dan, selamat memotret!

HABIS
(AR)


SANGGAHAN KLAIM/DISCLAIMER:
Semua merk dagang dan tipe di atas adalah milik pemegang merk yang sah masing-masing, dan hanya digunakan untuk keperluan pembelajaran pada situs ini. Penulis tidak berafiliasi kepada pemegang merk tersebut.
All trade marks and types on the article above is the rightful property of their respective owner, and only used for educational purpose of this site. Author is not affiliated to any of the trade mark owner.

No comments:

Post a Comment

Ada pertanyaan? Komentar? Masukan untuk Belajar SLR?
Tuangkan semuanya di sini.

Translate